Analisa Tulisan Berdasarkan Diksi
ANALISA
TULISAN BERDASARKAN DIKSI
Cerdas
Memilih dan Memilah Informasi
KH.
Maman Imanulhaq – Okezone.com
“Yang mendengarkan perkataan lalu
mengikuti apa yang paling baik di antaranya. Mereka itulah orang-orang yang
telah diberi Allah petunjuk dan mereka itulah orang-orang yang mempunyai akal.”
(Az-Zumar: 18)
Era globalisasi saat ini ditandai dengan arus informasi yang deras dan tak terbendung. Konten bisa datang darimanapun, kapanpun, dan isinya bisa beragam sekali. Konten negatif seperti kekerasan, pornografi, dan sejenisnya “menyerang” hingga tempat paling privat dalam kehidupan kita.
Sebagai pribadi yang meyakini bahwa nilai agama adalah spirit bagi perubahan, kehadiran globalisasi tidak dapat dihindari dari dalam kehidupan ini. Sikap panik, kaku, pasrah, malas dan tidak kreatif dalam menghadapi arus globalisasi hanya akan menjerumuskan kita pada jurang keterpurukan. Siapapun yang tidak memiliki kesiapan dan keunggulan untuk bersaing dengan yang lain akan mengalami ketertinggalan. Globalisasi adalah tantangan.
Tantangan itu memerlukan jawaban berupa kecerdasan, kebijakan dan kebersamaan agar semua konsekuensi era global berupa kemudahan tekhnologis informasi dan komunikasi masa yang dampaknya meluas pada bidang ekonomi, politik, sosial dan budaya bisa menguatkan nilai kemanusian serta memajukan peradaban. Bukan sebaliknya, kata ‘perkataan‘ dalam ayat di atas berlaku umum.
Kita bisa mengartikannya “informasi”. Kecerdasan dalam memilih dan memilah informasi menjadi prasyarat utama kemajuan sebuah bangsa. Perlu dicatat, Negara yang berkuasa adalah negara yang menguasai informasi. Konten informasi, baik positif atau negatif akan mempengaruhi tingkat intelektual dan pengembangan karakter seseorang.
Berkaitan dengan para pelajar,
tidak relevan membatasi mereka dalam memperoleh akses informasi. Yang
diperlukan adalah latihan dan pendidikan dalam memilih dan memilah informasi
secara cerdas dan bertanggung jawab. Pembatasan informasi hanya akan
menumpulkan ketajaman berpikir di satu sisi dan merangsang keingintahuan yang
tidak wajar di sisi lain.
Berikan akses pada mereka dan ajarkan mereka untuk menggunakan informasi dengan baik. Pendampingan dan penyadaran dalam proses mengenal dunia informasi harus dilakukan orang tua atau pendidik secara konsisten dan bijaksana. Hingga mereka tumbuh menjadi generasi yang terbuka, toleran dan cerdas.
Islam mengajarkan sikap
wasathîyat (moderasi) yang mendorong umatnya untuk berinteraksi, berdialog dan
terbuka dengan semua pihak yang berbeda dalam agama, budaya, peradaban.
Bagaimana bisa dapat menjadi saksi atau berlaku adil jika tertutup atau menutup
diri dari lingkungan dan perkembangan global? Keterbukaan ini menjadikan bangsa
dapat menerima yang baik dan bermanfaat dari siapapun, dan menolak yang buruk
melalui filter pandangan hidupnya. Al-Quran mengingatkan kita untuk menyaring
informasi, Allah berfirman dalam QS. Al-Hujurat [49]; 6 :
“Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang Fasik membawa suatu berita, Maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu”.
“Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang Fasik membawa suatu berita, Maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu”.
Maju tanpa kehilangan Identitas. Menurut Hassan Hanafi, tantangan terbesar saat ini adalah
bagaimana mempertahankan identitas tanpa harus terpinggirkan. Bagaimana bersaing dalam dunia global tanpa larut dalam budaya global yang negatif seperti penyalahgunaan miras dan narkoba, serta pergeseran nilai karena makin meluasnya arus kebebasan dan permisifisme.
Efek negatif ini yang akan menjerumuskan generasi muda pada budaya seks bebas dan mengalami alienasi, depresi, dan ketidakseimbangan mental karena dampak-dampak yang ditimbulkannya. Akibatnya, mereka memiliki kecerdasan intelektual dan keterampilan, tetapi bermental jahat, berjiwa korup, dan berakhlak buruk. Mereka bersikap apatis dan tidak mempunyai kepedulian terhadap lingkungan sekitar.
Di tengah gempuran globalisasi
yang sering menumpulkan hati nurani, semoga generasi muda Muslim tetap mengasah
akal sehat dan kepekaan nuraninya serta menunjukkan keteguhan iman dan
kesetiaan pada nilai kasih sayang dan kesabaran, dimana keimanan tidak sekadar
embel-embel belaka, melainkan dibuktikan dengan perkataan yang jujur, perbuatan
yang bertanggung jawab, dan selalu menempuh jalan keberagamaaan yang hanif
(baik, bijak, dan lurus).
No
|
Kesalahan
|
Perbaikan
|
|
1
|
Konten negatif seperti kekerasan, pornografi, dan
sejenisnya “menyerang” hingga tempat paling privat dalam kehidupan kita.
|
Konten negatif seperti kekerasan, pornografi, dan
sejenisnya “menyerang” hingga tempat paling pribadi dalam kehidupan kita.
|
|
2
|
Sikap panik, kaku, pasrah, malas dan tidak
kreatif dalam menghadapi arus globalisasi hanya akan menjerumuskan kita pada jurang
keterpurukan.
|
Sikap panik, kaku, pasrah, malas dan tidak
kreatif dalam menghadapi arus globalisasi hanya akan membawa kita pada keterpurukan.
|
|
3
|
Siapapun yang tidak memiliki kesiapan dan keunggulan
untuk bersaing dengan yang lain akan mengalami ketertinggalan. Globalisasi
adalah tantangan.
|
Siapapun yang tidak memiliki persiapan dan kemampuan
untuk bersaing dengan yang lain akan mengalami ketertinggalan. Globalisasi
adalah tantangan.
|
|
4
|
Tantangan itu memerlukan jawaban berupa
kecerdasan, kebijakan dan kebersamaan agar semua konsekuensi era global
berupa kemudahan tekhnologis
informasi dan komunikasi masa yang dampaknya meluas pada bidang ekonomi,
politik, sosial dan budaya bisa menguatkan nilai kemanusian serta memajukan
peradaban.
|
Tantangan itu memerlukan jawaban berupa
kecerdasan, kebijakan dan kebersamaan agar semua konsekuensi era global
berupa kemudahan teknologi
informasi dan komunikasi masa yang dampaknya meluas pada bidang ekonomi,
politik, sosial dan budaya bisa menguatkan nilai kemanusian serta memajukan
peradaban.
|
Sumber :
0 komentar: